Habibie dan Ainun: Kisah Romantis Dibalik Wibaba B.J. Habibie

Habibie dan Ainun: Kisah Asmara nan Klasik Dibalik Wibawa Habibie

Siapa yang tidak kenal dengan B.J Habibie, presiden ke tiga di Indonesia ini ternyata mempunyai kisah cinta romantis yang difilmkan dalam “Habibie dan Ainun”. Film yang disutradarai Faozan Rizal dan dibintangi Reza Rahardian, Bunga Citra Lestari, Tio Pakusadewo, dan Ratna Riantiarno ini, menceritakan kisah asrama Habibie dengan Ainun disertai dengan mimpi Habibie untuk menciptakan pesawat untuk Indonesia serta memimpin Indonesia saat krisis.


Film ini berawal dengan Habibie masa kecil (Esa Sigit), Habibie suka mengolok Ainun yang terkesan sebagai gadis tomboy dan saat itu berkulit coklat. Walau kenyataannya Habibie enggan dan terpaksa mengolok Ainun karena disangka ia jatuh cinta dengan Ainun. Beberapa tahun kemudian, Habibie dewasa (Reza Rahardian) tumbuh dengan otak yang sangat brilliant. Ia melanjutkan studi ke Jerman setelah mendapat beasiswa. Setelah menyelesaikan studinya di Jerman, ia kemudian pulang ke Indonesia. Bersama pamannya, Habibie diajak mengunjungi kediaman keluara Bestari (keluarga Ainun). Habibie terkejut saat ia melihat Ainun kini telah menjadi cantik dan berkulit putih.

Saat pertemuan tersebut, Habibie dan Ainun pun mulai jatuh cinta. Ainun ternyata seorang gadis yang memiliki banyak ‘penggemar pria’. Ketika sahabat Habibie berkata bahwa ada banyak lelaki yang jauh lebih layak darinya sedang mendekati Ainun, Habibie dengan entengnya menjawab, “biarkan, selama hati tidak satu frekuensi, mereka tidak akan mendapat cinta Ainun”. Sepulang jalan-jalan, duduk di becak bersama-sama, saat itulah Habibie melamar Ainun dan mengajaknya ke Jerman. Ainun pun menerima lamaran Habibie tersebut. Mereka menikah dan membina keluarga ‘sederhana’ di Jerman. Saking sederhananya, pada suatu waktu, Habibie terpaksa menambal sepatunya dengan kertas coretan. Kehidupan mereka berubah ketika Habibie berhasil menemukan sebuah rancangan kereta terbaru. Kehidupan keluarga mereka semakin ramai dengan hadirnya dua anak bernama Ilham Akbar dan Thariq Kemal. Walau kehidupan mereka sempat suram lagi dengan kenyataan Ainun terkena kanker. Akan tetapi Ainun berhasil sembuh dari kanker tersebut.

Sesuai dengan tekad awalnya, ia ingin membuat pesawat untuk Indonesia serta membangunkan industri Indonesia yang mati suri. Walau permintaannya sempat ditolak oleh pemerintah Indonesia, impiannya akhirnya terwujud ketika presiden Soeharto menunjuk beliau menjadi Menristek dan memimpin pembuatan pesawat terbang karya anak Indonesia. Walau sempat dikritik oleh orang bahwa kapal terbang buatan Indonesia bakal bermutu rendah, hal itu tidak membuat tekad Habibie goyah. Akhirnya pesawat terbang pertama buatan anak Indonesia berhasil terbang landas dan sukses besar. Habibie kemudian dipilih untuk menjadi wakil presiden berpasangan dengan Soeharto. Akhirnya Habibie dilantik menjadi Presiden setelah pengunduran diri Soeharto pasca kerusuhan 1998.

Setelah masa jabatan habis, Habibie memutuskan untuk tidak mencalonkan lagi sebagai Presiden. Ketika menikmati masa tuanya pasca menjadi presiden, keluarganya mengalami goncangan ketika Ainun mengidap kanker lagi, tapi kali ini, Ainun tidak mampu bertahan melawan ganasnya kanker di dalam tubuhnya. Ia meninggal dunia di samping Habibie saat tepat setelah hari ulang tahun pernikahan mereka.

Film ini menggambarkan kisah cinta klasik yang sangat menyentuh hati, selain itu kisah ini juga jelas kita lihat bagaimana dan seperti apa wujud cinta tanah air yang sejati. Memang banyak jenis film seperti ini, tetapi perbedaan yang mencolok adalah, bagaimana film ini menggambarkan bahwa sebuah cinta, dukungan kekasih, mempunyai harmoni yang erat dengan rasa tanggung jawab dalam mengayomi ibu pertiwi.

Ditambah dengan peran Reza Rahardian sebagai Habibie sangatlah mengagumkan, mulai dari karakter Habibie sampai logat bicaranyapun mirip. Dan pemeran Ainun, Bunga Citra Lestari mampu mengimbangi kemampuan akting Rahardian. Bagaimana Bunga Citra Lestari berakting sebagai Ainun sungguh memukau, mirip sekali dengan almarhumah Ainun.

Penggambaran kondisi masa lampau juga lumayan, banyaknya anak ‘usil’ ketika Habibie pertama kali mengunjungi Ainun juga menjadi nilai lebih yang menghidupkan suasana. Scene-scene yang diambil dari rekaman nyata, seperti pengunduran Soeharto atau saat pesawat ciptaan Habibie pertama kali terbang, sangat beresiko. Hal ini karena kualitas kamera untuk film berbeda dengan kualitas video dokumenter, namun Fauzan Rizal berhasil menyesuaikannya berkat peletakkannya yang tepat, sehingga film Habibie dan Ainun ini menjadi semakin hidup.

Hal yang sangat disayangkan dari film ini adalah alur cerita yang terkesan cepat-dilompat-lompat, ketika menonton film ini, banyak alur yang dirasa masih butuh perngembangan lebih. Misalnya adegan saat Habibie kecil mengolok Ainun, atau saat mempunyai anak pertama, eh, tiba-tiba, Ainun sudah mengandung anak kedua. Beberapa yang mengecewakan yaitu saat adegan salju yang sangat tidak nyata serta munculnya produk sponsor.

Terlepas dari beberapa kekurangan ini, film ini layak ditonton untuk pasangan kekasih ataupun suami istri. Kita bisa belajar pengalaman kisah Habibie bersama Ainun dalam membentuk keluarga yang tegar dan penuh kisah kasih. Film ini juga menginspirasi generasi muda untuk sadar diri ikut membangun bangsa bersama mengingat negara ini kekurangan dengan figur pemimpin yang loyal dan brilliant. Kisah cinta klasik nan romantis namun juga nasionalis, Film yang layak ditonton.
Labels:

Post a Comment

- Comment dilarang spam-menyebarkan link
- Untuk mendapatkan backlink berkomentarlah menggunakan gmail / openid
- Dilarang komentar 'dewasa'
-Sharing is Caring. Jangan lupa like fanpage kami

Refano Pradana

{google-plus#https://plus.google.com/u/0/112244076923112035800/} {pinterest#https://id.pinterest.com/apsdbgsmgs/}

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget